2020


Tahun yang berjalan tak secantik angkanya. Meski cantik sangatlah subyektif. Siapa sangka organisme kecil bernama virus mampu mengurung manusia di seluruh dunia di rumah mereka berbulan-bulan lamanya, Corona. 

Manusia yang biasa menyabotase bumi dipaksa untuk mengembalikan hak tumbuhan dan binatang, tempat hidup dan berkembang yang selama ini diambil paksa. Kok bisa? Mungkin karena mereka tak berbicara, atau karena manusia tak mengerti bahasa mereka. Meski tak perlu bahasa untuk menyadari ada hak makhluk lain yang dicuri. Harusnya. 

Selamat bertumbuh dan menikmati bumi kembali, wahai ciptaan Ilahi! Biar kami di sini, di antara dinding-dinding yang membatasi kami dari udara segar, cahaya matahari serta angin semilir yang dulu mestinya kami bagi.

Setahun bisa terasa lama atau sekejap mata. Anehnya tahun ini tak semenyiksa yang dikira. Ya, saya rindu berjalan kaki dari halaman sekolah hingga ke kelas di lantai lima. Perjalanan naik motor menuju tempat kerja. Duduk manis di sudut kafe dekat jendela. Bercengkrama sambil menikmati cemilan bersama. Interaksi langsung dengan sesama manusia ternyata sebegitu berharganya. Ternyata.

Tapi berada di rumah dari pagi hingga malam lalu pagi lagi tak terasa menyiksa. Ada internet, jajanan, film, musik, buku yang mengisi hari-hari. Ngobrol dengan teman tetap bisa dilakukan berkat teknologi. Bekerja masih bisa dilakukan lewat berbagai aplikasi. Ya, saya sungguh terberkahi. 

Alih-alih berpusat pada keluhan dan harapan yang tak bisa diwujudkan, saya coba menggeser fokus pada cara beradaptasi. Target membaca 30 buku tahun ini terpenuhi. Pandemi buat saya dan teman-teman saling bertukar pinjam buku, menyenangkan. Ada juga kejutan kesempatan untuk bisa berkontribusi tulisan. Yang satu ini bikin ketagihan!

Saya tahu banyak manusia di luar sana yang sedang meregang nyawa karena Corona. Tak banyak yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka, cukup tetap di rumah dan menjaga kontak antar manusia agar virus tak menyebar dengan mudahnya. Bukan pengorbanan yang seberapa, pikir saya. Karena hidup tidak melulu berpusat pada diri sendiri, tapi juga menyoal manusia lain, makhluk lain yang keberadaannya seberharga keberadaan tiap individu di dunia. 

Tidak berlibur bukan hal yang menyiksa buat saya, bekerja dari rumah semacam tantangan baru yang harus dikulik alih-alih dikritik, makan enak yang biasa disantap di restoran bisa tetap dinikmati di rumah sambil dasteran. Maka, nikmat apalagi yang kau dustakan?

Selamat tinggal 2020, percayalah kau bukan bencana buatku. Terima kasih atas kebersamaan dalam berjeda. Tumakninah. 
Selamat datang 2021, jangan terbebani oleh harapan-harapanku. Karena semua tergantung padaku bukan padamu. 




Comments

Popular Posts